Asma Nadia menuai sejumlah protes. Ia dianggap menyudutkan laki-laki.
Gara-gara menulis Catatan Hati Seorang Istri dan Karenamu Aku Cemburu (sekarang ditambah 10 tulisan jadi catatan hati yang cemburu), Asma Nadia menuai sejumlah protes. Ia dianggap menyudutkan laki-laki.
Sejumlah pria khawatir buku itu akan membuat istri mereka menjadi paranoid
terhadap sosok suaminya. Rekan sesama penulis bahkan juga ada yang berpendapat
demikian. ''Dia bilang akan menghalangi istrinya untuk membaca seri catatan hati
tersebut,'' ungkap Asma.
Ada pula yang bertanya, ''Kenapa Asma jadi gender?'' Lainnya keheranan melihat
Asma yang dikenalnya sebagai penulis cerita remaja ceria tiba-tiba meluncurkan
kedua buku tersebut. Meski begitu, yang bersuara mendukung jauh lebih banyak
--termasuk dari kalangan pria. Tengok saja apa yang diutarakan seorang pria yang
mampir ke blog Asma. Lelaki itu merasa perangainya mirip sekali dengan tipe
suami yang ditokohkan di kedua buku tersebut. ''Saya jadi merenung, memikirkan
dalamnya luka perempuan akibat kelakuan suaminya. Saya ingin berubah dan
membahagiakan istri saya.'' Demikian pengakuannya.
Pria lain mengaku pernikahannya yang hampir kandas terselamatkan oleh Catatan
Hati Seorang Istri dan Karenamu Aku Cemburu. Buku tersebut menginspirasi dirinya
dan istri untuk introspeksi dan menata kembali rumah tangganya. ''Mendengar
kesaksian semacam ini adalah kebahagiaan tertinggi seorang penulis,'' kata Asma.
Itulah Asma Nadia masa kini. Tak hanya cerita ringan menggelitik nurani yang
digarapnya. Ranah kehidupan domestik belakangan menyita perhatian penulis
bernama asli Asmarani Rosalba itu. Menjelang tampil di acara bedah buku Catatan
Hati Seorang Istri dan Karenamu Aku Cemburu di sebuah toko buku di Jakarta
Selatan, 14 April 2008, Asma berbincang hangat dengan wartawan Republika, Reiny
Dwinanda, dan fotografer Amin Madani. Berikut petikannya:
Setelah tertunda beberapa kali, akhirnya kita bisa bertemu juga, ya...
Iya... (Asma kemudian tertawa). Kesannya sibuk banget, ya. Padahal, tidak
selalu seperti itu sih. Tetapi, saya memang baru pulang dari Singapura,
Malaysia, dan Mesir. Lantas, sekarang roadshow Catatan Hati Seorang Istri dan
Karenamu Aku Cemburu.
Kedua buku tersebut mendapat tanggapan beragam. Bagaimana perasaan Asma?
Saya tidak bermaksud meng-generalisir pria, menyudutkan laki-laki. Kebetulan,
saya sering jadi tempat curhat berbagai kalangan. Mulai dari sahabat sampai
dengan teman suami. Selama bertahun-tahun, para perempuan itu tidak juga
berubah. Meski didera kekerasan bertahun-tahun, mereka tidak berontak. Penulis
lain berkata, ''Tidak usah tulis luka perempuan. Luka memang tempatnya
perempuan. Nggak usah cengeng.''
Pro-kontra pendapat pembaca tentang bukunya saya terima dengan lapang dada.
Apapun yang terjadi, saya kembali ke tujuan semula. Saya ingin buku ini menjadi
bentuk solidaritas perempuan. Buku dapat menjadi teman perempuan, para istri
dengan lintas asal latar belakang.
Menjadi tempat curhat, apakah Asma juga memberikan solusi atas curhat para
narasumber?
Belakangan saya banyak menulis kisah-kisah sejati yang menginspirasi. Sebelum
menulis saya memang berusaha menjadi pendengar yang banyak dan pengamat yang
baik. Setelah trilogi buku Catatan Hati terbit (Catatan Hati Seorang Istri,
Karenamu Aku Cemburu, dan Catatan Hati di Setiap Sujudku), saya semakin sering
menerima curhat para pembaca. Baik melalui email maupun SMS. Beberapa menelepon
langsung baik di kantor ataupun ponsel pribadi.
Sebagian yang curhat jauh usia dan pengalamannya di atas saya. Saya kira tidak
semua meminta solusi, meskipun ada juga. Sebagian besar lebih membutuhkan
didengarkan, karena banyak yang sudah menyimpan resahnya selama bertahun-tahun.
Saya berharap dengan itu kami bisa sama-sama berbagi kekuatan dan kesabaran.
Asma bertekad menulis curhat banyak orang yang mampir ke kehidupannya. Butuh
dua tahun bagi Asma untuk merampungkan Catatan Hati Seorang Istri. ''Lewat buku
ini, saya ingin menumbuhkan solidaritas perempuan. Saya berharap ini dapat
menjadi teman perempuan. Saya senang mendapatinya sebagai bacaan para istri
dengan lintas background,'' tutur bunda dari penulis cilik Putri Salsa itu.
Sukses dengan Catatan Hati Seorang Istri, Asma segera melengkapinya dengan
Karenamu Aku Cemburu dan Catatan Hati di Setiap Sujudku. Keduanya merupakan
trilogi Catatan Hati. ''Kedua buku itu merupakan ruang edukasi seputar bagaimana
kita menata cemburu serta ruang untuk doa,'' komentar Asma.
Jangan harap akan ada buku serupa yang ditulis Asma dalam waktu dekat. Tak
tergiurkah ia untuk kembali mengulang sukses terdahulu? ''Kalau cuma ingin
mendulang untung, saya tinggal bikin saja seri Catatan Hati selanjutnya.
Bahannya banyak, tinggal tulis,'' ujar Asma yang telah melahirkan 33 buku itu.
Setelah menulis 33 buku, cerita apa yang Asma rasa paling puas nulis-nya?
Mungkin, selain Istana Kedua, saya suka dengan Catatan Hati Seorang Istri. Buku
ini berkisah tentang luka perempuan, sekaligus kita akan melihat betapa kuatnya
seorang perempuan. Saya berharap buku ini mewakili permasalahan para istri,
bahwa mereka nggak sendiri.
Mudah-mudahan mengalirkan inspirasi dan kesabaran. Uniknya, buku ini dibaca
oleh semua kalangan usia, kebanyakan memang perempuan. Saya bahagia karena lewat
buku ini pembaca saya meluas, tidak hanya kalangan Muslim. Sebab, Catatan Hati
Seorang Istri juga dibaca oleh mereka yang di luar Islam. Berkah buat saya. Buku
ini juga membuat saya 'dimusuhi' sebagian pembaca pria. Tetapi, ada juga
suami-suami yang mengirimkan testimoni dan terima kasihnya karena buku ini
membuat mereka mengerti istri dan jadi melakukan evaluasi. Malah ada yang bilang
tambah cinta sama istrinya.
Salah satu testimoni yang membuat saya haru sekali adalah ketika seorang
pembaca mengatakan dengan suaminya tidak jadi bercerai. Menurut dia buku ini dan
seri Catatan Hati lainnya telah menyelamatkan rumah tangganya yang hampir kandas
dan membuat dia dan suami mencoba berusaha untuk lebih saling mengerti satu sama
lain. Subhanallah.
Pernahkah bertemu dengan orang yang begitu terkesan dengan tulisan Asma?
Seperti apa gambaran pertemuan atau komunikasi yang kemudian terjalin?
Cukup sering. Subhanallah, pertemuan dengan pembaca tidak ubahnya pertemuan
dengan sahabat atau bahkan saudara. Seperti sudah saling kenal sebelumnya. Dari
pertemuan ini komunikasi terus terjalin, baik melalui SMS atau telepon, juga
e-mail. Meski untuk SMS saya sering mohon maaf karena tidak selalu bisa
membalas. Tapi, alhamdulillah tidak mengubah silaturahim yang kemudian terbina.
Tema apa yang membuat Asma merasa tertantang untuk menulisnya?
Poligami. Ha.. ha... Dan, saya lega telah menuliskannya (Istana Kedua). Di
Islamic Book Fair 2008, buku ini mendapatkan penghargaan sebagai fiksi islami
terbaik. Satu-satunya buku yang menguji kesabaran saya hingga enam tahun lebih
untuk menyelesaikannya. Bulan-bulan tersisa hingga akhir tahun ini akan diisi
Asma dengan menulis tentang Palestina. Tahun 2008 digaungkannya sebagai 'Tahun
Menulis untuk Palestina'. ''Ide ini saya gulirkan di antara teman-teman penulis
dan jurnalis,'' kata penulis yang lahir pada 26 Maret 1972 itu.
Mengapa Palestina? Kondisi rakyat Palestina yang kian tertindas dan teraniaya
membuat Asma tak kuasa menahan haru. Ia merasa harus turut berbuat untuk
Palestina. ''Lewat doa, sedikit dana, dan tulisan,'' kata Asma. Ide menulis
secara konsisten untuk Palestina didapat Asma saat berada di Kairo, Mesir, awal
April lalu. Di sana, CEO Lingkar Pena Publishing House itu bergabung dengan
aktivis, penulis, buruh, dan relawan untuk pembebasan Palestina. ''Saya
satu-satunya penulis dari Indonesia yang datang ke sana. Bersama empat rekan
dari Adara Foundation, saya menghadiri dan berbicara di International Campaign
Against America and Zionist Occupation,'' papar Asma.
Turut menjadi pembicara di International Campaign Against America and Zionist
Occupation, apa yang Asma sampaikan?
Saya sampaikan penulis juga dapat memberikan bantuan untuk Palestina dengan
caranya sendiri. Saya perlihatkan buku cerpen Merah di Jenin yang sudah
diterjemahkan. Ini adalah proyek untuk Palestina dari Forum Lingkar Pena, forum
penulis yang memiliki wakil di beberapa negara. Artinya kecil untuk perjuangan.
Tetapi, saya janji akan ajak penulis dan jurnalis untuk menjadikan 2008 sebagai
'Tahun Menulis untuk Palestina'.
Apa yang Asma dapat dari pertemuan tersebut?
Banyak. Saya jadi tahu perkembangan terakhir di Palestina. Saya langsung
refleksi permasalahan kita tidak ada artinya dibandingkan kematian yang telah
menjadi keseharian di Palestina. Saya terhenyak, kondisinya lebih buruk dari
bayangan saya. Pelanggaran HAM terhadap perempuan di penjara, contohnya. Coba
bayangkan rasanya menjadi perempuan hamil yang terpaksa melahirkan di penjara
dan membesarkan si kecil tanpa gizi yang cukup dan di bawah tekanan mental yang
luar biasa.
Melalui video conference dengan Muslimah Palestina bernama Ummu Umar, saya
saksikan betapa mereka adalah perempuan yang hebat. Mereka mendidik anak untuk
cinta Tanah Air, membisikkan syahid sesuatu yang indah. Mereka merawat yang
sakit dan cedera. Ummu Umar sudah kehilangan tiga putranya di medan jihad. Putra
ketiga yang meraih gelar master dari universitas ternama di Inggris dan belum
lama melangsungkan acara lamaran, syahid. Anak keempatnya tengah disiapkan untuk
syahid. Ia telah melahirkan anak-anak yang luar biasa semangat perjuangannya.
Saya bertekad membantu, terutama melalui tulisan.
Mudah-mudahan Asma Nadia menuai sejumlah protes. Ia dianggap menyudutkan laki-laki. di atas mudah difahami serta bermanfaat bagi Anda :)
---
SUMBER artikel Asma Nadia menuai sejumlah protes. Ia dianggap menyudutkan laki-laki. dari: facebook/notes/asma-nadia/asma-nadia-menuai-sejumlah-protes-ia-dianggap-menyudutkan-laki-laki/10151224203907579
Tidak ada komentar:
Posting Komentar